LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN
BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)
I.
Hari,
Tanggal
Hari
: Rabu dan Senin
Tanggal : 3 & 8 Desember 2014
Tempat
: Laboratorium Kimia Poltekkes
Kemenkes Yogyakata
II.
Materi
Pemeriksaan
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
pada air sampel.
III.
Dasar
Teori
Kebutuhan
oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan
oleh organisme pada saat pemecahan bahan organic atau
penguraian/pengoksidasian, hampir semua zat organic yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendesain system-sistem pengolahan biologis
bagi air yang tercemar tersebut. Pada kondisi aerobic pencemaran bahan organic
diartikan bahwa bahan organic ini digunakan sebagai bahan makanan dan energinya
diperoleh dari proses oksidasi. Dan proses oksidasi tersebut dapat
mengakibatkan kematian ikan. Ikan dalam air dan keadaan menjadi aerobic dan
dapat menimbulkan bau busuk dalam air. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organic dengan oksigen didalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerob. Dan hasil oksidasi itu sendiri adalah akan
terbentuknya karbohidrat dalam air, dan reaksi oksidasi. Selain digunakan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan. Pemeriksaan BOD juga dapat
digunakan sebagai pemeriksaan beban pencemaran zat organic.
IV.
Alat
dan Bahan
·
Alat :
1.
Botol oksigen
2.
Pipet ukur
3.
Pipet tetes
4.
Gelas ukur 500 ml
5.
Labu Erlenmeyer 500 ml
6.
Buret basa
7.
Incubator 200c
·
Bahan :
1.
Larutan MnSO4 20%
2.
Pereaksi oksigen
3.
H2SO4 pekat
4.
Larutan Na2S2O3
0,025 N
5.
Indicator amylum
6.
Sampel air limbah
7.
Air pengencer
8.
Aquadest
9.
CaCl2 2,75%
10. MgSO4,
7H2O 2,75%
11. FeCl3,
OH2O 0,025%
12. Buffer
fosfat
V.
Cara
Kerja
1.
Menentukan DO air sampel sebagai dasar
untuk pengenceran, yaitu 4,7 mg/L. berdasarkan pemeriksaan DO tersebut,
didapatkan kadar DO segera 3,0-5,0, sehingga dilakukan pengenceran dengan
tingkat encer 15X.
2.
Dari hasil pengenceran 15X tadi diambil
untuk mengisi penuh 2 botol O2 yang asing-masing diberi labeb DO
segera AC dan DO eram AC.
3.
Mengambil air pengencer kemudian diisikan
kedalam 2 botol O2 hingga penuh, lalu masing-masing diberi label DO
segeran AP dan DO eram AP.
4.
Mengambil 200 ml + X (X= 5,1) DOs
AC dan memasukkan kedalam Erlenmeyer. Mengambil juga 200 ml + X (X= 4,5 m) DOs
AP, masukkan kedalam Erlenmeyer. Menambah 3 ml pereaksi oksigen dan 2 ml MnSO4
20% pada masing-masing labu. Didiamkan hingga terdapat endapan berwarna coklat,
menambahkan 2 ml H2SO4 pekat kemudian digojog.
5.
Mentitrasi denga Na2S2O3,
hingga warna kuning menjadi kuning jerami. Menambah 1 ml amylum, warna berubah
menjadi biru kehitaman, lalu melanjutkan titrasi hingga warna biru tepat
hilang. Catat ml titrasi.
6.
Memasukkan botol O2 yang
berlabel DOe AC dan DOe AP kedalam oven 200c,
selama 5 hari.
7.
Setelah 5 hari, melakukan cara yang sama
terhadap DOe AC dan DOe AP.
VI.
Hasil
Hasil
Titrasi
Pemeriksaan
|
Awal
|
Akhir
|
Titrasi
|
DOs Sampel
|
0
|
8
ml
|
8
ml
|
DOs Air Pengencer
|
8
ml
|
17,4
ml
|
9,4
ml
|
DOe Sampel
|
1
ml
|
7,3
ml
|
6,3
ml
|
DOe Air Pengencer
|
7,3
ml
|
16,1
ml
|
8,8
ml
|
VII.
Perhitungan
Diketahui
:
a = ml
titrasi Na2S2O3 BA
O = 16
f =
faktor Na2S2O3 Val
O =
2
N =
Normalitas Na2S2O3
Hitungan :
DOs
Sampel =
=
= 7,96 mg/L
DOs
Air Pengencer =
= 9,353 mg/L
DOe
Sampel =
= 6,2685 mg/L
DOe
Air Pengencer =
= 8,756 mg/L
BOD
Sampel = (DOs sampel – DOe
sampel)
= (7,96 – 6,2685)
= 1,6915 mg/L
BOD
Air Pengencer = (DOs AP – DOe AP)
= (9,353 – 8,756)
= 0,597 mg/L
Kadar
BOD Sampel = (BOD sampel – BOD AP) X P
= (1,6915 – 0,597) X 15
= 1,0945 X 15
= 16,4175 mg/L
VIII.
Pembahasan
Pemeriksaan
kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar BOD pada air sampel. Langkah pertama
untuk menentukan kadar BOD adalah dengan menentukan DO segera air sampel
sebagai dasar untuk pengenceran. Berdasarkan pemeriksaan DO tersebut,
didapatkan DO segera berkisar antara 3,0 – 5,1, sehingga dilakukan pengenceran
dengan tingkat pengenceran 15X. dari hasil pengenceran tersebut, diambil untuk
mengisi penuh 2 botol O2 yang masing-masing diberi label DOs
AC dan DOe AC. Kemudian air pengencer diisikan kedalam 2 botol O2
yang lain, dan diberi labeb DOe AC dan DOe AP. Botol O2
DOe AC dan DOe AP dimasukkan kedalam oven bersuhu 200c
selama 5 hari. Lalu pemeriksaan untuk DOs
AC dan DOs AP dilanjutkan dengan menambahkan 2 ml MnSO4 20% dan 3 ml pereaksi O2.
Pemeriksaan DO dilanjutkan karena dalam pemeriksaan ini timbul endapan warna
coklat. Selanjutnya larutan dalam botol oksigen yang telah diketahui volumenya
yaitu 280 untuk botol berlabel DOs AC dan 320 untuk botol berlabel
DOs AP, ditambah 2 ml H2SO4 pekat sehingga
endapan larut, sebelum dititrasi larutan tadi dipindah kedalam labu Erlenmeyer
untuk memudahkan titrasi. Larutan yang dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
adalah 200 ml + 5,1 ml untuk DOs AC
dan 200 ml + 4,5 ml untuk DOs AP. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
0,025 N sampai warna kuning kecoklatan berubah menjadi warna kuning jerami,
lalu ditambahkan indikator amylum hingga warna berubah menjadi warna biru.
Setelah itu, titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat hilang. Volume titrasi
untuk DOs AC adalah 8 ml dan untuk DOs AP adalah 9,4 ml.
setelah 5 hari, dilakukan cara yang sama terhadap DOe AC dan DOe
AP. Volume titrasi untuk DOe AC adalah 6,3 ml dan untuk DOe
AP adalah 8,8 ml.
Dari
hasil percobaan didapat kadar BOD sebesar 16,4175 mg/L, maka kualitas air
sampel bisa dikatakan kurang baik atau sudah tercemar bila dibandingkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001 mengenai baku mutu air dan air minum
golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/L.
IX.
Kesimpulan
Dari
percobaan diatas didapatkan hasil pemeriksaan kadar BOD sebesar 16,4175 mg/L.
hal ini mengindikasikan bahwa kualitas air sampel tidak baik atau sudah
tercemar karena melampaui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001 mengenai
baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/L.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar