Kamis, 26 November 2015

PEMERIKSAAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND ( COD ) | KIMIA LINGKUNGAN



PEMERIKSAAN
CHEMICAL OXYGEN DEMAND ( COD )

      I.            Hari, Tanggal
Hari                 : Rabu
Tanggal           : 17 Desember 2014
Tempat            : Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Yogyakata

  II.            Materi
Pemeriksaan Chemical Oxygen Demand (COD) pada air sampel.

III.            Dasar Teori
Chemical Oxygen Demmand ( COD ) atau Kebutuhan Oxygen Kimia (KOK) adalah jumlah oxygen ( MgO2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam 1 liter air. Dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oxygen (oxidialig agent).
Tes COD sangat luas digunakan sebagai alat pengukur kekuatan organic buangan domestic dan industry. Tes ini mengukur kandungan organic, sebagai jumlah total oxygen yang diperlukan untuk oksidasi bahan organic menjadi karbondioksida dan air.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organic yang secara ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BODnamun perbandingan anga COD dengan angka BOD dapat ditentukan. Tidak semua zat zat organic dalam air buangan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui COD atau BOD.
Rumus yang digunakan dalam menentukan kadar COD adalah sebagai berikut :
Kadar COD = 100/2 x ( Ml titrasi Bl- Ml titrasi Sp ) x f Fas x 0.1 x Be O2
                    =……….mg/l

IV.            Alat dan Bahan
A. Alat
a.                   COD Reaktor/peralatan refluk
b.                   Tabung COD
c.                   Peralatan titrasi dengan buret asam
d.                  Labu Erlenmeyer
e.                   Gelas ukur,pipet ukur
f.                    Sendok penyu
B. Bahan
a.                   Lrtn K2Cr2O7
b.                   Reagen Asam Sulfat : Ag2SO4 + H2SO4
c.                   Larutan FAS
d.                  Lrtn Asam Sulfamat, jika NO2 tinggi
e.                   H2SO4

  V.            Cara Kerja
1.      Mengambil 2 tabung COD dan membilasnya dengan aquadest.
2.      Masing-masing tabung diberi label BL dan SP.
3.      Pembuatan blanko :
a.     Mengisi tabung BL dengan 2 ml aquadest.
b.    Menambahkan sepucuk sendok HgSO4 kristal.
c.     Menambahkan 3 ml H2SO4 proCOD.
d.    Menambahkan 1 ml K2Cr2O7
e.     Ditutup dan digojog, warna menjadi kuning.

4.      Penanganan sampel
a.    Mengisi tabung SP dengan 2 ml air sampel.
b.    Menambahkan sepucuk sendok HgSO4 kristal.
c.    Menambahkan 3 ml H2SO4 proCOD.
d.   Menambahkan 1 ml K2Cr2O7
e.    Ditutup dan digojog, warna menjadi kuning.
5.      Memasukkan tabung BL dan SP ke dalam COD reaktor selama 2 jam pada suhu 150°C.
6.      Setelah 2 jam, didinginkan sampai suhu kamar, lalu memindahkan ke erlenmeyer volume 100 ml yang sebelumnya sudah dibilas dengan 10 ml aquadest.
7.      Tabung BL dan SP ditambahkan 1-3 tetes indikator Ferroin, lalu dititrasi dengan FAS, warna akan berubah dari kuning menjadi hijau dan titrasi dihentikan saat warna berubah lagi menjadi coklat kemerahan.
8.      Mencacat ml titrasi untuk blanko dan untuk sampel.


VI.            Hasil
            Hasil titrasi sampel ( SP )        2 ml
            Hasil tritasi blanko                  4 ml




VII.            Perhitungan

          Kadar COD = 1000/200 x ( ml titrasi Bl – ml titrasi SP ) x f FAS x N x BEO2

                                = 5 x ( 4 ml – 2 ml ) x 1 x 0,1 x 8

                                = 5 x 2 ml x 1 x 0,1 x 8

                                = 8 mg/L


VIII.            Pembahasan
Dalam pemeriksaan COD ini menggunakan tabung COD sebanyak 2, satu diisi aquadest dan satunya diisi air sampel. Air sampel dan aquadest ditambah 3 ml H2SO4 pro COD,1 ml K2Cr2O7 0,25 N dan sepucuk sendok kecil HgSO4 Kristal. Setelah semua dicampur dan ditutup, dan kemudian masukan ke dalam COD reactor selama 1 jam pada suhu 1500C. Setelah 1 jam keluarkan tabung dan dinginkan dengan menggunakan air. Selanjutnya diberi 2 tetes indicator feroin dan dititrasi dengan FAS 0,1 N. menghentikan titrasi ketika warna berubah menjadi coklat/merah bata.
Volume titrasi dalam percobaan ini untuk blanko adalah 4 ml dan untuk sampel adalah 2 ml. Dari hasil percobaan ini kadar COD sebesar 8 mg/L, maka kualitas air sampel bisa dikatakan baik. Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82/2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/L

IX.            Kesimpulan
   Dari hasil pemeriksaan COD diatas diperoleh kadar COD sebanyak 8 mg/L. Artinya, kualitas air sampel bisa dikatakan baik karena sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82/2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/L.

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) | KIMIA LINGKUNGAN



LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)

      I.            Hari, Tanggal
Hari                 : Rabu dan Senin
Tanggal           : 3 & 8 Desember 2014
Tempat            : Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Yogyakata

  II.            Materi
Pemeriksaan Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air sampel.

III.            Dasar Teori
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organic atau penguraian/pengoksidasian, hampir semua zat organic yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain system-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Pada kondisi aerobic pencemaran bahan organic diartikan bahwa bahan organic ini digunakan sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Dan proses oksidasi tersebut dapat mengakibatkan kematian ikan. Ikan dalam air dan keadaan menjadi aerobic dan dapat menimbulkan bau busuk dalam air. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organic dengan oksigen didalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Dan hasil oksidasi itu sendiri adalah akan terbentuknya karbohidrat dalam air, dan reaksi oksidasi. Selain digunakan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan. Pemeriksaan BOD juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan beban pencemaran zat organic.

IV.            Alat dan Bahan
·         Alat     :
1.      Botol oksigen
2.      Pipet ukur
3.      Pipet tetes
4.      Gelas ukur 500 ml
5.      Labu Erlenmeyer 500 ml
6.      Buret basa
7.      Incubator 200c
·         Bahan :
1.      Larutan MnSO4 20%
2.      Pereaksi oksigen
3.      H2SO4 pekat
4.      Larutan Na2S2O3 0,025 N
5.      Indicator amylum
6.      Sampel air limbah
7.      Air pengencer
8.      Aquadest
9.      CaCl2 2,75%
10.  MgSO4, 7H2O 2,75%
11.  FeCl3, OH2O 0,025%
12.  Buffer fosfat

  V.            Cara Kerja
1.      Menentukan DO air sampel sebagai dasar untuk pengenceran, yaitu 4,7 mg/L. berdasarkan pemeriksaan DO tersebut, didapatkan kadar DO segera 3,0-5,0, sehingga dilakukan pengenceran dengan tingkat encer 15X.
2.      Dari hasil pengenceran 15X tadi diambil untuk mengisi penuh 2 botol O2 yang asing-masing diberi labeb DO segera AC dan DO eram AC.
3.      Mengambil air pengencer kemudian diisikan kedalam 2 botol O2 hingga penuh, lalu masing-masing diberi label DO segeran AP dan DO eram AP.
4.      Mengambil 200 ml + X (X= 5,1) DOs AC dan memasukkan kedalam Erlenmeyer. Mengambil juga 200 ml + X (X= 4,5 m) DOs AP, masukkan kedalam Erlenmeyer. Menambah 3 ml pereaksi oksigen dan 2 ml MnSO4 20% pada masing-masing labu. Didiamkan hingga terdapat endapan berwarna coklat, menambahkan 2 ml H2SO4 pekat kemudian digojog.
5.      Mentitrasi denga Na2S2O3, hingga warna kuning menjadi kuning jerami. Menambah 1 ml amylum, warna berubah menjadi biru kehitaman, lalu melanjutkan titrasi hingga warna biru tepat hilang. Catat ml titrasi.
6.      Memasukkan botol O2 yang berlabel DOe AC dan DOe AP kedalam oven 200c, selama 5 hari.
7.      Setelah 5 hari, melakukan cara yang sama terhadap DOe AC dan DOe AP.

VI.            Hasil
Hasil Titrasi
Pemeriksaan
Awal
Akhir
Titrasi
DOs  Sampel
0
8 ml
8 ml
DOs  Air Pengencer
8 ml
17,4 ml
9,4 ml
DOe  Sampel
1 ml
7,3 ml
6,3 ml
DOe  Air Pengencer
7,3 ml
16,1 ml
8,8 ml



VII.            Perhitungan
Diketahui :
a   =   ml titrasi Na2S2O3                                            BA O   = 16
f    =   faktor Na2S2O3                                                                 Val O  =  2
N  =   Normalitas Na2S2O3
Hitungan   :
DOs Sampel                = 
                                                =  
                                                =   7,96 mg/L

DOs Air Pengencer     =  
                                    =   9,353 mg/L

DOe Sampel                = 
                                    =  6,2685 mg/L

DOe Air Pengencer     = 
                                    =  8,756 mg/L

BOD Sampel               =  (DOs sampel – DOe sampel)
                                    =  (7,96 – 6,2685)
                                    =  1,6915 mg/L

BOD Air Pengencer    =  (DOs AP – DOe AP)
                                    =  (9,353 – 8,756)
                                    =  0,597 mg/L

Kadar BOD Sampel    =  (BOD sampel – BOD AP) X P
                                    =  (1,6915 – 0,597) X 15
                                    =  1,0945 X 15
                                    =  16,4175 mg/L

VIII.            Pembahasan
              Pemeriksaan kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar BOD pada air sampel. Langkah pertama untuk menentukan kadar BOD adalah dengan menentukan DO segera air sampel sebagai dasar untuk pengenceran. Berdasarkan pemeriksaan DO tersebut, didapatkan DO segera berkisar antara 3,0 – 5,1, sehingga dilakukan pengenceran dengan tingkat pengenceran 15X. dari hasil pengenceran tersebut, diambil untuk mengisi penuh 2 botol O2 yang masing-masing diberi label DOs AC dan DOe AC. Kemudian air pengencer diisikan kedalam 2 botol O2 yang lain, dan diberi labeb DOe AC dan DOe AP. Botol O2 DOe AC dan DOe AP dimasukkan kedalam oven bersuhu 200c selama 5 hari. Lalu pemeriksaan untuk DOs  AC dan DOs AP dilanjutkan dengan menambahkan 2 ml MnSO4  20% dan 3 ml pereaksi O2. Pemeriksaan DO dilanjutkan karena dalam pemeriksaan ini timbul endapan warna coklat. Selanjutnya larutan dalam botol oksigen yang telah diketahui volumenya yaitu 280 untuk botol berlabel DOs AC dan 320 untuk botol berlabel DOs AP, ditambah 2 ml H2SO4 pekat sehingga endapan larut, sebelum dititrasi larutan tadi dipindah kedalam labu Erlenmeyer untuk memudahkan titrasi. Larutan yang dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer adalah 200 ml + 5,1 ml untuk DOs  AC dan 200 ml + 4,5 ml untuk DOs AP. Kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai warna kuning kecoklatan berubah menjadi warna kuning jerami, lalu ditambahkan indikator amylum hingga warna berubah menjadi warna biru. Setelah itu, titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat hilang. Volume titrasi untuk DOs AC adalah 8 ml dan untuk DOs AP adalah 9,4 ml. setelah 5 hari, dilakukan cara yang sama terhadap DOe AC dan DOe AP. Volume titrasi untuk DOe AC adalah 6,3 ml dan untuk DOe AP adalah 8,8 ml.
              Dari hasil percobaan didapat kadar BOD sebesar 16,4175 mg/L, maka kualitas air sampel bisa dikatakan kurang baik atau sudah tercemar bila dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/L.

IX.            Kesimpulan
              Dari percobaan diatas didapatkan hasil pemeriksaan kadar BOD sebesar 16,4175 mg/L. hal ini mengindikasikan bahwa kualitas air sampel tidak baik atau sudah tercemar karena melampaui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/L.